logo resmi Pustaka Madura
logo resmi Pustaka Madura
Apa yang bisa diharapkan dari usaha toko buku di tengah masyarakat yang tingkat membacanya begitu rendah bahkan sekalipun dibandingkan dengan bisnis jual beli maisan-kesa?
Tak ada. Profit atau laba satu-satunya adalah kepuasan dari upaya keras itu sendiri sambil meyakinan diri sendiri bahwa dugaan sementara orang, membaca sama tak pentingnya dengan menjadi penulis, yang kebanyakan tak mampu membri peluang hidup layak, di tengah masyarakat.
Hal menyedihkan lainnya kenyataan penulis, penyair, novelis, cerpenis, dll membuat jarak beberapa langkah, yang seharusnya selain memiliki tugas menulis sebagai idialisme, juga menyadarkan masyarakat di mana penulis hidup akan pentingnya membaca.
Kami begitu yakin, buku adalah guru terbaik bagi semua pemeluk agama apa pun. Bagi anda yang mengimani Nabi, buku merupakan wahyu bagi siapa saja setelah kewafatan nabi terakhir.
Bagaimana dengan toko buku besar seperti Gramedia, Gunung Agung, Toga Mas? Sama saja. Buku tak lebih hanya sebagai produk. Ia harus memiliki pangsa pasar yang menjanjikan. Toko buku yang kami sebut di atas bertebaran di kota-kota.
Mari kita bertanya, mengapa Gramedia, Gunung Agung, Toga Mas, dll tidak membuka stand di Madura? Jika kita melepas sepenuhnya ini soal bisnis, prioritas utama adalah kota tertinggal.
Bagaimana dengan pemerintah? Dengan adanya Motor Pustaka, Kuda Pustaka seperti yang kita ketahui belakangan ini qadalah reaksi dari kemuakkan Rakyat atas kinerja pemerintah.
Kemiskinan diciptakan. Kebodohan dengan sendirinya berjalan sangat wajar. Pertanyaannya bisa dibolak-balik tergantung bagaimana kita merasakannya.
Ada negara maju dengan penduduk yang minat baca, kesadaran pemerintahnya akan penting buku sangat rendah? Anda bisa menjawabnya sendiri bahkan oleh orang yang sama sekali tidak pernah tahu buku.
0 komentar :